Minggu, 27 Oktober 2019

Cara mengajar yang baik

Cara mengajar yang baik bagi guru

1. Jangan berdiri seperti patung
Maksud tidak berdiri seperti Patung adalah seorang guru sebaiknya bergerak ketika sedang mengajar, tidak hanya berdiri di depan kelas saja, atau hanya duduk di meja guru. lakukan teknik mobile teaching dengan cara guru mencoba untuk mengajar secara lebih dekat dengan muridnya, dan berkeliling untuk mengetahui situasi kelas dan murid-muridnya ketika sedang belajar. jika memang pelajaran hitungan sedang diberikan, cobalah guru untuk mendekati murid di setiap baris tempat duduknya dan lihat perkembangan mereka ketika sedang mengerjakan hitungan tersebut. jika saja ada murid yang sedang melamun, atau merasa bingung, maka guru akan dengan mudah mengetahuinya.
Hasil gambar untuk ORANG YANG BERDIRI SEPERTI PATUNG
       Gambar1: Patung kapolri di musium polri

2. Buat Mereka Merespon Perhatian
Untuk mengetahui apakah murid-murid kita ini memperhatikan kita saat mengajar pelajaran tertentu atau tidak, guru bisa melakukan diskusi atau debat argumen supaya mereka mau mengeluarkan pendapatnya. memang tidak semua murid kita akan bisa berpendapat dengan baik, beberapa ada yang terkendala masalah komunikasi. namun, apapun respon mereka, pancing terus mereka untuk berpendapat dan hargai setiap pendapat yang mereka lontarkan. selain materi pembelajaran dapat mudah mereka fahami, kita juga mengajarkan mereka untuk berani berbicara dan menerima pendapat orang lain. hal ini merupakan dasar komunikasi yang baik untuk bekal murid-murid kita di masa depan.

3. Melakukan variasi
Melakukan variasi dalam metode mengajar ternyata akan berpengaruh positif terhadap pemahaman murid-murid kita. bisa dibayangkan jika yang terjadi di kelas adalah hanya berbicara saja, dan mendengarkan tanpa ada yang bertanya, maka pemahaman pelajaran akan terasa lebih sulit. cobalah untuk membuat variasi ketika mengajar. sebelum masuk ke inti pelajaran, di awal cobalah untuk lebih rilexs dengan menyanyikan lagu yel-yel kelasnya, agar belajar tetap semangat. guru juga bisa menyisipkan games dalam setiap pelajaran yang sedang diberikan, asalkan games ini berhubungan dengan mata pelajaranya. lakukan lebih banyak diskusi dengan murid-murid kita, agar mereka aktif dan lebih memahami subjek pelajaranya.
Hasil gambar untuk guru melakukan variasi
Gambar 3: Ilustrasi

4. Memberikan perhatian kepada siswa
Mengajar bukan saja memberikan materi pelajaran untuk murid-murid kita agar mereka mengetahui dan mempelajarinya. mengajar juga harus memperhatikan keadaan murid-muridnya. jika kembali ke masa sekolah dulu, biasanya sang guru akan memperhatikan siswa-siswa tertentu saja, seperti siswa yang paling sering bolos, yang paling pintar, paling cantik dan lain sebagainya. predikat inilah yang bisa membuat guru sangat mudah mengenali satu persatu muridnya. sebaiknya berikan perhatian kepada seluruh murid. tiap murid memiliki talenta dan karakter yang berbeda, maka ketahuilah satu persatu dan dukung mereka agar bisa berkembang menjadi lebih baik.
Hasil gambar untuk Memberikan perhatian kepada siswa
Gambar 4: Guru perhatian kepada siswa

5. Bersikap sabar dan memberikan reward
Sebagai guru, kita juga harus bisa lebih sabar untuk menghadapi berbagai respon anak murid kita, baik sabar dalam pemahaman pembelajaran, maupun sabar dalam mendorong mereka untuk terus semangat belajar. respon anak murid kita akan berbeda-beda terhadap pelajaran, sekalipun berbagai strategi yang unik sudah coba kita lakukan untuk membuat suasana belajar lebih seru. untuk lebih menyemangati anak murid kita, tidak ada salahnya jika kita memberikan reward atau hadiah setiap anak murid kita berhasil menjawab pertanyaan kuis atau test harian saat di kelas. hadiah juga merupakan salah satu motivasi untuk anak-anak murid kita agar lebih semangat belajar.
Hasil gambar untuk bersikap sabar dan memberikan reward

6. Guru harus interaktif
Cobalah untuk menggunakan metode belajar yang interaktif dengan murid-murid kita. seorang guru memang menguasai materi pelajaran yang akan diberikan kepada anak muridnya, namun perkembangan anak juga harus kita fikirkan. mereka akan banyak memiliki rasa ingin tahu tentang sesuatu, terhadap tentang issu yang mungkin sedang dibahas pada mata pelajaran tertentu. berikan kesempatan mereka untuk bertanya seputar pelajaran yang dibahas. guru bisa mengawali dengan menceritakan kisah pendek terkait pelajaran tersebut. buat mereka menjadi bertanya-tanya agar mereka lebih mudah mengerti dan memahami sebenarnya bagaimana menyelesaikan pertanyaan dalam suatu pelajaran tertentu.
Hasil gambar untuk guru harus interaktif

Menjadi guru itu harus bisa mendidik, bagaimana mengajarkan anak dengan sepenuh hati, dengan sabar dan menyayangi siswa mengajarkan siswa dengan niat agar siswa menjadi lebih baik, membuka jalan bagi siswa untuk berfikir bahwa "Saya ingin menjadi guru seperti ibu/bapak" bagaimana caranya? guru harus bisa membuat siswa percaya bahwa guru itu tau segalanya dengan menjawab setiap pertanyaan siswa, guru harus bisa mencerminkan sikap sabar dan penyayang dengan mendengarkan keluh kesah siswa, guru harus mampu menjadi motivator yang selalu bersedia dan memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dalam menggapai cita-cita. jadilah guru yang tidak hanya sekedar guru namun juga mendidik anak bangsa untuk menciptakan generasi yang lebih baik. 

Kamis, 01 Maret 2018


Model Desain dalam Perencanaan Pembelajaran
A.    Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dapat dijadikan pedoman untuk merencanakan proses pembelajaran dalam kelas dengan menggunakan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (Joyce, 1992: 4). Dari sisi lain Soekamto dalam (Trianto, 2007:5) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk menciptakan tujuan pembelajaran, dan fungsi pembelajaran sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan proses pembelajaran.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang melukiskan prosedur sistematis untuk menciptakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Perlu kita ketahui setiap model pembelajaran membantu dalam menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B.      Variasi model pembelajaran kooperatif learning
1.      Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota setiap kelompok 4-5 orang yang dibagi secara heterogen. Pernyataan diatas kemudian diperkuat dengan pendapat Slavin dalam (Trianto, 2007: 52) menyetakan bahwa pada model pembelajaran STAD siswa ditempatkan tim belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini membutuhkan persiapan yang matang sebelum sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, persiapan-persiapan tersebut meliputi:
a.       Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu untuk mempersiapkan pembelajaran dengan persiapan yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) disertai dengan lembar jawabannya.
b.      Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok dilakukan secara heterogen, kalua perlu kemampuan anggota kelompok dengan anggota kelompok lainnya relatif homogen. Jika dalam suatu kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada siswa, yaitu:
1)      Siswa didalam kelas terlebih dahulu diranking sesuai kepandaian dalam mata pelajaran sains fisika. Tujuannya untuk memudahkan dalam mengurutkan siswa sesuai kemampuan sains fisiknya dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil.
2)      Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa ranking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas dan kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh siswa yang terdiri dari siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah.
c.       Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis.
d.      Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, untuk menciptakan pembelajaran yang diinginkan agar tidak terjadi kekacauan dalam proses belajar mengajar.
e.       Kerja kelompok
Dalam pembelajaran sebisa mungkin dilakukan letihan kerjasama keompok terlebih dahulu. Agar setiap anggota kelompok dapat saling mengenal satu sama lain. Adapun langkah-langkah model pembelajaran STAD menurut Aqib (2015: 20) yaitu:
·         Membentuk kelompok yang anggotanya sebanyak 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain)
·         Guru menyajikan pelajaran
·         Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tau menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua naggota dalam kelompok itu mengerti.
·         Guru membei kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
·         Memberi evaluasi.
·         Kesimpulan.
2.      Tim Ahli (Jingsaw)
a.       Gambaran umum jingsaw
Jingsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.
b.      Langkah-langkah pembelajaran jingsaw menurut Trianto (2007: 57) yaitu:
·         Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang).
·         Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa sub bab.
·         Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajariya.
·         Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
·         Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
·         Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
3.      Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran Think Pair Share atau berfikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Guru dapat menggunakan model TPS ini untuk membandingkan Tanya jawab seluruh kelompok. Adapun labngkah-langkah model pembelajaran TPS meliputi:
·         Langkah 1: Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir.
·         Langkah 2: Berpasangan (Pairing)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi yang dilakukan siswa selama berdiskusi dapat mengumpulkan berbagai jawaban atau menyatukan pendapat setiap siswa terhadap permasalahan yang diberikan
·         Langkah 3: Berbagi (Sharing)
Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
4.      Number Head Together (NHT)
Model pembelajaran NHT adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Adapun langkah-langkah model pembelajaran NHT yaitu:
·         Langkah 1: Penomoran
Guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
·         Langkah 2: Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.
·         Langkah 3: Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya.
·         Langkah 4: Menjawab
Guru memanggil salah satu nomor, kemudian siswa yang disebut nomornya mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan yang diajukan. 
C.     Variasi pendekatan pembelajaran kontekstual
Konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Adapun yang meliputi model pembelajaran kontekstual menurut Trianto (2007: 106) antara lain:
1.      Konstruktivisme (Construktivism)
Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa untuk membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan langsung dalam proses belajar mengajar.
2.      Inkuiri (Inquiry)
Pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan bersal dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Oleh karena itu guru harus senantiasa merancang kegiatan yang mengarahkan pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
3.      Bertanya (Questioning)
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan gurur untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Dengan bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.
4.      Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berfikir tenatng apa yang baru dipelajari dan berfikir tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Disisni siswa mendapatkan pelajaran baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

Referensi:
Aqib, Zainal. 2015. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konterkstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Cara mengajar yang baik

Cara mengajar yang baik bagi guru 1. Jangan berdiri seperti patung Maksud tidak berdiri seperti Patung adalah seorang guru sebaiknya ...