Model Desain dalam Perencanaan Pembelajaran
A.
Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dapat dijadikan pedoman untuk
merencanakan proses pembelajaran dalam kelas dengan menggunakan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, computer,
kurikulum dan lain-lain (Joyce, 1992: 4). Dari sisi lain Soekamto dalam
(Trianto, 2007:5) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk menciptakan tujuan pembelajaran, dan fungsi
pembelajaran sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan proses pembelajaran.
Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau
pola yang melukiskan prosedur sistematis untuk menciptakan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Perlu kita ketahui setiap model pembelajaran membantu dalam
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan bagi siswa sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
B.
Variasi model
pembelajaran kooperatif learning
1.
Student Team Achievement Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan
salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota setiap kelompok 4-5 orang yang
dibagi secara heterogen. Pernyataan diatas kemudian diperkuat dengan pendapat Slavin
dalam (Trianto, 2007: 52) menyetakan bahwa pada model pembelajaran STAD siswa
ditempatkan tim belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran
menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini membutuhkan
persiapan yang matang sebelum sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilangsungkan,
persiapan-persiapan tersebut meliputi:
a.
Perangkat
pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu
untuk mempersiapkan pembelajaran dengan persiapan yang meliputi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
disertai dengan lembar jawabannya.
b.
Membentuk
kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok dilakukan secara
heterogen, kalua perlu kemampuan anggota kelompok dengan anggota kelompok
lainnya relatif homogen. Jika dalam suatu kelas terdiri atas ras dan latar
belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada
siswa, yaitu:
1)
Siswa didalam
kelas terlebih dahulu diranking sesuai kepandaian dalam mata pelajaran sains
fisika. Tujuannya untuk memudahkan dalam mengurutkan siswa sesuai kemampuan
sains fisiknya dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil.
2)
Menentukan tiga
kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok menengah, dan kelompok
bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa
ranking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari urutan
setelah diambil kelompok atas dan kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh
siswa yang terdiri dari siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok
menengah.
c.
Menentukan skor
awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas
kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah
ada kuis.
d.
Pengaturan
tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu
juga diatur dengan baik, untuk menciptakan pembelajaran yang diinginkan agar
tidak terjadi kekacauan dalam proses belajar mengajar.
e.
Kerja kelompok
Dalam pembelajaran sebisa mungkin dilakukan letihan
kerjasama keompok terlebih dahulu. Agar setiap anggota kelompok dapat saling
mengenal satu sama lain. Adapun langkah-langkah model pembelajaran STAD menurut
Aqib (2015: 20) yaitu:
·
Membentuk
kelompok yang anggotanya sebanyak 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain)
·
Guru menyajikan
pelajaran
·
Guru memberi
tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
Anggotanya tau menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua naggota dalam
kelompok itu mengerti.
·
Guru membei
kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu.
·
Memberi
evaluasi.
·
Kesimpulan.
2.
Tim Ahli (Jingsaw)
a.
Gambaran umum jingsaw
Jingsaw telah dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot
Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan
teman-teman di Universitas John Hopkins.
b.
Langkah-langkah
pembelajaran jingsaw menurut Trianto
(2007: 57) yaitu:
·
Siswa dibagi
atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang).
·
Materi pelajaran
diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa sub
bab.
·
Setiap anggota
kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk
mempelajariya.
·
Anggota dari
kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
·
Setiap anggota
kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
·
Pada pertemuan
dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
3.
Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran Think Pair Share atau berfikir berpasangan berbagi adalah merupakan
jenis model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Guru dapat menggunakan model TPS ini untuk membandingkan Tanya
jawab seluruh kelompok. Adapun labngkah-langkah model pembelajaran TPS
meliputi:
·
Langkah 1:
Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang
dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit
untuk berpikir.
·
Langkah 2:
Berpasangan (Pairing)
Guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi yang dilakukan siswa
selama berdiskusi dapat mengumpulkan berbagai jawaban atau menyatukan pendapat
setiap siswa terhadap permasalahan yang diberikan
·
Langkah 3:
Berbagi (Sharing)
Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
4.
Number Head Together (NHT)
Model pembelajaran NHT adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Adapun
langkah-langkah model pembelajaran NHT yaitu:
·
Langkah 1:
Penomoran
Guru
membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok
diberi nomor antara 1 sampai 5.
·
Langkah 2:
Mengajukan Pertanyaan
Guru
mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.
·
Langkah 3:
Berfikir bersama
Siswa
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya.
·
Langkah 4:
Menjawab
Guru
memanggil salah satu nomor, kemudian siswa yang disebut nomornya mengacungkan
tangan dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
C.
Variasi
pendekatan pembelajaran kontekstual
Konsep belajar yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.
Adapun yang meliputi model pembelajaran kontekstual menurut Trianto (2007: 106)
antara lain:
1.
Konstruktivisme
(Construktivism)
Pendekatan
ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa untuk membangun sendiri
pengetahuan mereka lewat keterlibatan langsung dalam proses belajar mengajar.
2.
Inkuiri (Inquiry)
Pengetahuan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan bersal dari hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Oleh karena itu guru harus
senantiasa merancang kegiatan yang mengarahkan pada kegiatan menemukan, apapun
materi yang diajarkannya.
3.
Bertanya (Questioning)
Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan gurur untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Dengan bertanya siswa dapat
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahui.
4.
Refleksi (Reflection)
Refleksi
merupakan cara berfikir tenatng apa yang baru dipelajari dan berfikir tentang
apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Disisni siswa mendapatkan pelajaran baru
yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Referensi:
Aqib, Zainal. 2015. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Konterkstual (Inovatif). Bandung:
Yrama Widya.
Trianto.
2007. Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.